Kalah ?

11:29:00 PM Valencia Ng 0 Comments

Waktu gw kecil, gw sering ikut lomba (terutama lomba gambar), gw inget gw selalu diingetin orang - orang yang lebih tua daripada gw : "kalah atau menang itu biasa. yang penting usaha dulu". Dari dulu, gw bisa dibilang selalu nyantai pas lomba. Mau menang, atau enggak. Itu urusan belakangan. Bisa dibilang, orang tua gw, atau mungkin guru gw yang bisa lebih panik dan lebih stress daripada gw. 

Tetapi, kenyataannya, semakin berjalannya waktu, dan semakin jarangnya gw ikut lomba, bukannya bertambah bijak untuk bisa berbesar hati menerima kekalahan, sekarang gw mengenal satu perasaan baru setiap kali kalah : rasa nyesek. 

Mungkin karena frekuensi lomba gw yang jauh berkurang 5 tahun belakangan ini, membuat gw, setiap kali lomba memiliki ekspetasi akan menang. Ya iyalah, siapa sih yang ga mau menang ? Bahkan, setelah gw mencoba untuk membesarkan hati, tetep aja ada perasaan ga terima kalo kalah. Kata-kata yang dulu gw terima udah ga berbekas di pikiran dan hati gw. Tujuan gw cuma satu. Menang. 

Sepertinya begitu juga yang gw alamin dengan 3 lomba terakhir ini. Satu lomba adalah bidang lama gw : menggambar. Tetapi karena kurang waktu, kurang latihan, dan persiapan, dan lama ga lomba selain itu kalah dari teknik, gw kalah di lomba pertama. Gw expect setidaknya gw bisa menang lah. Nyatanya enggak ? Dua lomba berikutnya merupakan hal baru bagi gw. Yang satu, lomba membuat  esai yang deadlinenya akhir September, dan yang satunya lagi membuat film singkat (dimana gw berperan sebagai produser) yang batas waktunyaakhir Oktober. Lucunya, pengumuman kedua lomba ini hanya berjarak satu minggu. Gw ga mau mencoba membela diri gw, tapi gw tau banget keduanya gw bikin ga terbaik yang gw dah lakuin. Gw tau gw bisa buat lebih daripada ini. Tapi, dengan segala kendala yang ada, tuh lomba berhasil dikirim juga ke panitia penyelenggara. 

Lomba pertama yang diumumin adalah lomba film singkat itu. Gw dengan deg-degan, di satu pihak tau kalau rada ga mungkin bisa masuk 20 besar dan di satu sisi gw mengharapkan keajaiban, membuka websitenya dan ...... tim produksi gw ga masuk. Cukup disitu ? Enggak. Lomba kedua, yaitu lomba esai, ketika gw cek di websitenya, gw juga ga masuk 20 besar juga. Walaupun udah nyiapin diri dan mental, gw masih ga tahan dengan rasa nyesek itu. Rasanya ada sesuatu yang ga terselesaikan. 

Sehari setelah lewat dari pengumuman lomba kedua, pas Indonesia lawan Malaysia di babak penyisihan grup A. Gw emang demen nonton lomba - lomba SEA GAMES, terutama bola. Gw ngikutin mulai dari Tim Garuda Muda lawan Singapore, dari awal ampe akhir pertandingan. Gw mesti ngakuin Indonesia mainnya bagus, terutama pas lawan Vietnam kemarin. Rada beda dengan AFF akhir tahun lalu. Tapi, yah, pas babak penyisihan itu, banyak permainan dirotasi. Tanpa sadar, gw membawa ekspetasi yang sama dengan dua lomba terakhir gw : berharap keajaiban walaupun gw tau hasilnya ga akan maksimal. Indonesia bisa lebih baik daripada ini. Dan hasilnya ? Sama seperti gw, Indonesia kalah 1-0 dari Malaysia. Kekalahan dan kepahitan itu harus dicicipi. Nyesek? Tentu saja iya. Gw berharap Indonesia bisa membalas kekalahan di AFF akhir tahun lalu, tapi biar bagaimanapun gw masih bisa nerima itu semua. 

Permainan Indonesia yang bagus pada semi final kemarin, menghibur dan menimbulkan harapan, ga cuma buat gw, tetapi buat seluruh rakyat Indonesia. Kita berharap Indonesia tampil maksimal malem ini. Ya, memang ada rasa lelah pasti. Tetapi biar bagaimanapun, full team dengan motivasi besar mengalahkan musuh bebuyutan rasanya dapat menutupi kemungkinan kita kalah. Gol pertama di menit ke 6 pula. Bagaimana mungkin kita tidak bisa berharap ? 

Tetapi pada akhirnya, Indonesia tetap harus mencicipi kekalahan itu. Lagi. Nyeseknya bukan karena kita ga main bagus. Indonesia main bagus banget selama 120 menit lebih tadi. Masalahnya karena kita kalah. Beda tipis. Ama musuh bebuyutan lagi. Yang semestinya bisa aja jadi milik kita. Yang kita tunggu-tunggu selama 20 tahun. Yang ceritanya kita main bagus banget Sabtu kemarin. Yang sebenernya kemenangan itu bisa aja jadi milik kita. 3 x Indonesia lawan Malaysia, mulai dari AFF, penyisihan grup, dan final kali ini, 3 x ini gw berdoa dan berharap banget Indonesia menang, dan 3 x Indonesia kalah. Nyesek. 

Hal  pertama yang gw ajukan ke Babe gw adalah, "Dad, this is the 3rd time I ask You. Why You let them win ? Why, Dad? I can't understand. I don't want to understand. It's not fair. Our team is better than them. Why they can win and we lose... for the 3rd time. It's not fair." Dan seketika itu juga, Babe gw mengingatkan apa yang suara hati gw bilang pas gw kalah : "
"Ini bukan tentang kamu yang sedang belajar berjalan dan jatuh. Ini tentang kamu yang belajar untuk bangkit dan terbang tinggi setelah kamu terjatuh."
Gw otomatis protes, "tapi.. tapi kan Indonesia juga udah bagus banget mainnya. Tapi kan aku juga dah nyoba." Dan sekali lagi, gw diingatkan, 
"berapa kali Indonesia menang?" ..
"6x"
"Apa Indonesia kalah kemarin ama Malaysia?"
"Em iya..."
"Tapi apa itu membuktikan Indonesia jelek mainnya?"
"Enggak juga"
"Kamu?"
"Em... 20an lebih"
"Jadi?"
Dan saat itu juga gw langsung teringat video2 yang gw dapet buat presentasi BP kemarin. Tentang anak2 yang diaborsi dan dijadiin makanan sup bayi. Tentang anak yang kaki nya diamputasi. Tentang  bayi yang umurnya cuma 99 hari. Dan gw ngeliat ke belakang hidup gw lagi, tentang hal - hal yang pernah gw menangin. Dan disitulah gw belajar untuk bersyukur. Nyesek nya masih ada. Tapi jauh berkurang. 
Disitulah gw mulai belajar ada hal - hal yang lebih besar daripada sekedar kemenangan kemenangan yang kita dapat. Ada kemenangan yang lebih besar. Ada pertandingan yang lebih hebat. Ada pertarungan yang masih menunggu kita di depan untuk ditaklukkan. Trofi, medali, dan piagam bisa menjadi usang, berdebu, dan hilang. Ada hal - hal yang lebih besar daripada sekedar mendali emas. Hal - hal yang tidak kita mengerti. Kita bahkan tidak gagal. Kita tidak kalah. Hanya saja kemenangan itu masih belum kita yang dapat. Hari ini masih mereka yang dapat. Apakah kekalahan Indonesia menentukan Indonesia bermain jelek? Tidak. Apakah kekalahan kita menentukan bagaimana performa kita ke depannya ? Tidak juga. Hal yang kita liat sebagai 'kegagalan' bukanlah patokan tentang siapa diri kita dan bagaimana potensi kita ke depannya. 'Kegagalan' seharusnya menjadi motivasi kita ke depannya.
Sekarang tergantung kitanya sendiri, apakah kita memilih untuk bangkit dan terbang tinggi atau tergeletak sampai mati.  

0 comments:

Tell me anything